Rabu, 21 Oktober 2009

KITA,menurutku (bagian 2/habis)

Senin 08062009.
Kumandang adzan isya baru saja terdengar syahdu dari corong masjid “imut” Al-Fattah pondok pesantren bahrul maghfiroh.Sholat berjama’ah dan kemudian diteruskan dengan pembacaan wirid rotib sayyid ‘abbas al-hasany almakky.Seperti minggu-minggu yang lalu,sosok pria itu masih saja terpekur di bawah soko agung masjid yang selalu dimatikan lampunya ketika memasuki jam wajib tidur bagi santri,pukul 23:00 wib.Malam itu,seperti malam-malam yang selalu ia lalui dengan desiran lembut surah al-ikhlas seribu kali.Kali ini,semua terasa ngeri,tiba-tiba ia meronta keras dalam tahan yang hanya mampu dirasakan dengan ketajaman hati,ia mukso,hidup sendiri dalam naungan nur ilahi,meraung dalam sesenggukan,
”Gusti…lepaskan hamba dari belenggu ini,gusti…kulo mboten sanggup gusti..”.Rintih kepedihannya membahana seisi ruang utama masjid.
”Ooohh,..Alloh,..alloh…”.isak tangis ngilu itu,..serasa onggokan kepalan tangan mengganjal tenggorokan,kepedihannya merangsang nestapa,adakah ia menjadi gila?.
”Palingkan dia dari hati hamba gusti,…kulo mboten sanggup..”.terus saja ia berucap dengan kata-kata yang seakan ia kehilangan akalnya.Sesekali kedua tangannya diangkat tinggi-tinggi dalam tunduk wajah hampir menyetuh dada ringkih tanpa berbalut selimut dalam udara dingin kota malang.
”Alloh,..!!”,seakan putus asa,ia membentak dalam lirih suaranya.
”Bila dia jodohku,maka mudahanlah,bila bukan jodohku,maka palingkanlah…”.Keinginan untuk lepas dari pengaruh negative cinta dan harapan dari ketulusan cinta begitu mendorongnya untuk selalu bermunajah dalam bingkai sholat malam.Memohon petunjuk,adakah ia harus melanjutkan perjuangan atau mundur.Bila bentuk petunjuk itu adalah lahirnya sebuah kemantapan di hati maka meninggalkan Difa adalah jawabannya!.
”Plok…!!”,terdengar keras ia meletakkan kedua telapak tangan diwajah penuh peluh,linangan air mata membekas menjadi garis-garis hitam penuh derita.Tetesan air mata do’a-do’a yang entah sampai kapan akan ia panjatkan.Tiba-tiba ia menarik kuat kedua tangannya dan kemudian tercerabut rambut-rambut kepalanya.
”Ooohh…!!!,Alloh,ampun…ampun…ampun…”.Rintih melas terdengar lirih sebelum akhirnya hilang sama sekali tertelan pekatnya malam.
“Kang!!,kang..!!,kang…!!,bangun..bangun..!!,hoi,..istaiqidz,..istaiqidz..shubuh!!”.Suara lantang pengurus bagian keamanan memecah keheningan malam.
“Hhheemmm,…jam piro cak?”.Dalam paruh sadar ia menyapa pengurus.
”Shubuh kang..!!,kok jam piro?”.sergahnya sembari mengacungkan rotan dengan mata melotot tajam.
”Shubuh!!,ayo jama’ah…”.
“Hhuuuaaahhh…,ngantuk cak..”.Masih dalam tengah sadar ia menjawab sekenanya.
“Prak…!!...prak..!!,g’ tangi kang?!,tak guyur banyu sak ember koen!!”.bentak keamanan tegas.
“Iyo..iyo…!!.iyo cak,wis tangi iki,ah…!!”.Kali ini mujab merasa gentar dengan ancaman keamanan yang mulai memerah matanya.
”Kemaki…huh..”,desirnya pelan.
****
“Kang mujab…!!,ada sms nech..dari ‘temen mujab’”,tersenyum kang Nasir sambil menyodorkan Ponsel jadul berkamera CIF.Mengerlingkan mata goda dan kemudian berlalu pergi tanpa kata.
“Ntar anterin aku ke kontrakan baru ya…”.isi sms dari ‘teman mujab’ .Ia pernah jadi santri mbeling,keluar malam dari semak-semak belakang pesantren,mbrowot lewat jurang penuh barongan bambu belakang kamar multazam,atau sembunyi di bawah pohon alpuket dekat makam romo yai Fattah bareng konco-konco sambil joinan kopi dan rokok,bahkan ia sering minggat ke luar kota tanpa tujuan jelas yang berimbas membengkaknya tanggungan utang.Tapi tidak untuk melayani ajakan teman perempuan lintas kampus itu,teringat sindiran teman-teman mahasiswa sewaktu di warung makan.Dengan tinggi badan standart,164 cm dan berat badan 60 kg memang terkesan njomplang ketika di sandingkan dengan body imut.
”Ceweknya g’ cantik yo mas…”,bisik bebeberapa teman kampus yang selalu terngiang ditelinga mujab setiap kali bersua dengan ‘teman mujab’nya.Sejatinya,mujab tidak pernah menganggap ‘teman mujab’ sebagai teman dekat,apalagi pacar,tidak pernah!!.Tetapi semuanya memang kesalahan mujab,perempuan adalah pribadi kuat yang juga sangat ringkih.Dalam ketabahannya menahan hasrat justru mereka adalah jiwa-jiwa yang begitu ingin dipuji,membumbung tinggi saat menerima pujian dan perhatian,apalagi ‘perlakuan khusus’.
“Af1,Q da kelas…”.balas Mujab cepat.
“Kang Nasir…!!,Hape ente tak dekek ndukur lemari yoo.., tur wun…”.
“Oyi…oyi jezz!!”,jawab Nasir tak kalah lantang dari dalam kamar mandi kopros penuh gantungan pakaian di balik pintu dan jendela.
Dengan income Rp.400,000,-,bukan hal sulit untuk membeli ponsel ala kadarnya.Tetapi Mujab merasa bahwa ponsel adalah salah satu sumber dari semua kekacauan pendidikannya.Bukan satu dua kali mujab menjual ponsel dengan alasan menghindari komunikasi dengan cewek-cewek cantik yang selalu menuntut waktu itu.Teringat kisah ulama karismatik asal tuban,mbah fadhol.Beliau selalu meninggalkan saat-saat puncak dalam bisnisnya,apa sebab?.Sebagian murid-murid beliau –Kyai faqih langitan Tuban-mengatakan bahwa hal itu merupakan bentuk zuhud dari sosok mbah fadhol.Adapun Mujab justru malah mengartikannya sebagai bentuk melatih diri untuk tidak cinta dunia,menempa hati agar lepas dari ikatan ketertarikan pada benda-benda dunia.Terlepas dari kebenaran ‘istimbat mujab’,toriqoh itu benar-benar telah mampu mempengaruhi Mujab yang tidak lagi mudah tergiur mendapatkan secara instant barang-barang yang ia inginkan.
“Kang,..nyambut hapene…”.Bisik Mujab tepat di daun telinga Nasir.
“Nggawe kartuku ae yow…engko g’ di bales lek gawe kartu ente..”.
“Iyo kang,…iku ndek jero lemari hapene,sampean ces sekalian wis…mau telfon toh?,salam buat mbak Difa...heh..heheh..heheheeh…,cinta dilawan!!”.seloroh Nasir masih dalam dekapan bantal guling kusamnya.
“investigasi boss…,experiment teranyar iki,penyelidikan kasus perselingkuhan,up to date broo..”.Sebentar Mujab menghidupkan ponsel,memasukkan PIN cadr dan membuka buku agenda catatan nomor telfon yang tidak muat tersimpan di memori card.
“Kalin…Kalin…Kalin…Yeach,..ketemu..”.pekik Mujab sumringah sambil mengepalkan kedua tangan dan menarik kebelakang kuat-kuat.
“Sikute kang…”.bentak Nasir mangkel.
“Upstt,af1..af1..,key… aku g’ liat kalo da bokong pean ndek kene,eheheh..”.
“Pagi Kalin,pa kbr?.Btw,qra2 bs ktemuan g’ sore ni?,kbetuln Q mo ke warnt Mawar.so,ktemuanx disna ja,Gmana?”..Singkat saja sms Mujab untuk gadis yang sudah beberapa kali sms-an dengannya,bahkan ngobrol via freetalk.
Sebentar kemudian terdengar suara bimbit tanda sms anyar masuk.Wajah sumringah tampak terlihat jelas di wajah mujab.Tapi kemudian dia kaget bukan kepalang,menelah ludah dengan suara ceguk tak wajar,melotot matanya nanar,tanpa komando,suara angin keluar berat dari mulutnya.Satu menit ia memandangi layar buram ponsel siemens tipe C51 itu.
“Pagi Kalin,pa kbr?.Btw,qra2 bs ktemuan g’ sore ni?,kbetuln Q mo ke warnt Mawar.so,ktemuanx disna ja,Gmana?”.Pengirim ulang sms ini adalah teman kampusnya,Faisol.
“Cilaka awak…cilaka…cilaka…amboo!!”.
Belum juga ia berhasil dalam langkah pertama penyelidikannya,benturan keras sudah menghantam pusat pertahanannya.
“Tlng jngn ganggu Kalin lg…Sya msih mnghargai pean sbgai shabat,mkanya sya diam.Tpi sya sdh jerah,jdi,tlng berhenti godain Kalin”.Kembali sms susulan terkirim dari nomor ponsel Faisol.
“Edan!!,”.pekik mujab.Bergetar kuat tubuhnya merasakan tekanan dari kata-kata Faisol yang begitu menusuk.
“Jamput..!!”.Reflek ia mengumpat,merasa aneh dengan respon Faisol yang berasa berlebihan.
”lha koen sopone Kalin?,wong Cuma selingkuhan ae kok…”.Hampir saja ia mengirimkan sms balasan ke Faisol sebelum akhirnya dia menyadari akibat tindakan itu.Yang bisa ia lakukan hanyalah membuat alibi untuk sms genitnya.
“Sori cak,..Q slah kirm,maksudku buat Kalin arek UMM”. Tapi semua sudah mafhum dengan fakta yang ada.Faisol bukan pendatang baru daLam dunia asmara yang mudah percaya dengan omong kosong mujab.
“Kalin,..Kalin brengsek!,..jamput..puttt!!”.Terus saja Mujab mengumpat kasar.
Al-kisah,Pagi ini,Mujab sms Kalin minta ketemu di warnet zaisya.Hanya sebuah rencana ketemuan untuk memastikan ‘rupa’.Eh,lha kok Kalin malah complain sama si Faisol,yo wis,jadi masalah dech,Dasar Kalin!.Gadis Tulungagung alumni sebuah pesantren besar di daerah Kediri itu benar-benar membuat Mujab harus kembali merasakan benturan.Menurut sumber kwalitas A1,Kalin biji wolu.
Berawal dari alya,teman lintas kampus yang pernah sedikit membuat Mujab tergoda,sedang Kalin seperti bayang-bayang yang selalu saja ada setiap kali Mujab menghubungi alya.Dus,dalam banyak kesempatan Kalin selalu nimbrung dalam cakap bimbit mereka.Beberapa waktu kemudian,hampir semua teman-teman Mujab mengenal alya dan Kalin.Mujablah yang bersalah sebab memberikan nomor alya ke mudrik,hanya mudrik!.Kemudian mudrik menyebarkan ke semua ‘Sahabatnya’.Hal yang benar-benar dikhawatirkan pun terjadi,salah satu sahabat mudrik kesengsem dengan Kalin!.Tergila-gila segila-gilanya sampai rela menghalalkan bebera perkara haram (minimal mubah),pacaran.Hunain,pria pra dewasa asli jawa tengah perbatasan yang sedang puber,kasihan dia,anak pondok yang jadi mainan cewek ‘Kadal’kampus.Nah,dalam masalah ini,fihak pesantren mengutus Faisol untuk menyelidiki,mengusut,dan mengambil tindakan-tindakan penyelesaian dalam kasus ini.Brengseknya Faisol,eh,lha kok malah dimakan sendiri,Pacaran sama Kalin dia…,weleh,..weleh…’ajib!!..Hal ini buat Mujab tambah penasaran dengan Kalin,bukankah Mujab punya kepentingan?.Yang jadi masalah selanjutnya adalah,mereka back street,selingkuhan!. Dan juga,kenapa Faisol harus complain ke mujab,toh pacar Kalin sak bajeg-seperti yang dia katakan secara lansung via telfon tahun lalu.
Setelah rencana awal Mujab gagal maka hal terbaik yang harus dilakukan adalah segera mundur teratur sebelum terlalu jauh mencampuri skandal itu.
“Sepurone cak..Q bner2 g’ ruh klo pean dah jaln sma Kalin.Anggap ja q g’ pernh knl Kalin dn sjk saat ni q g’ bakaln ngubungi dia lgi.Nox jg dah Q haps”.Mujab mengirimkan sms panjangnya sebagai bentuk permintaan maaf dan tentunya luapan rasa kecewa yang teramat sangat sebab perlakuan Kalin.
”Saya g’ bkalan nglupain kejadian ini”.seloroh Mujab ketus.
****
12062009
18:30 wib.
“Kang mujab…!!,ada sms..”.Suara parau Nasir menggema dalam ruang kamar tanpa jendela dan lubang sinar matahari.Hanya sebuah pintu yang bisa digunakan untuk keluar masuk di semua kamar Kompleks asrama Ibu Rusyd.Kepadatan penghuni pesantren dan keterbatasan lahan memaksa pengelola pesantren untuk membuat gedung-gedung rapat tidak tembus sinar matahari.
“Man akh…”.jawab Mujab tanpa mengalihkan pandangannya dari lembaran-lembaran kitab referensi untuk bahan presentasi besok lusa.Nilai IPK Mujab jeblok pada marhalah lima.Dan hal itu menyebabkan dia tidak bisa menerima kucuran dana beasiswa.Hanya 3,0,sedang syarat mutlak mendapatkan dana beasiswa akademik kampus adalah 3,5.Apa jadinya Mujab tanpa tunjangan beasiswa itu?.
“Diiifaaa kakaaaaak….”.Bak seorang ibu,nasir menyodorakan hape sony ericsson keluaran teranyar seharga Rp.1,400,000-,K530i.
“Wuuutttt…”.Cepat Mujab menyambar ponsel miliknya yang ia dapatkan dua hari lalu dengan susah payah setelah menabung selama enam bulan.
“Maafin aku jika selama ini cuek…ya…inilah aku…”.Mata mujab memandang tajam layar ponsel bening yang sudah mendukung jaringan 3G itu.Bagaikan angin segar pegunungun yang berhembus pelan di atas panas tandusnya bumi pulau garam.Termangu ia tak percaya dengan isi sms difa.Adakah kesempatan itu kembali datang?,apakah difa sudah menyadari perjuangan cinta mujab?.
“Ah…g’ mungkin…mustahil…mustahil…”.Mujab menggelengkan kepala pelan.Dia tahu betul watak gadis cantik itu,dia gadis super supel,sangat grapyak.Sms seperti ini mungkin hal biasa yang tidak menyimpan makna apapun.Bahkan sejak 7 semester lalau,hanya sekali Difa menelfon Mujab.Ketika itu,suara nyaring nada dering ponsel Benq Siemens teranyar seharga Rp.800,000,00-mengurai rajutan mimpi indah mujab yang terlelap di atas kasur teman kost daerah kampus UNITRI,tengah malam menelfon dan hanya ingin konsultasi agama,aneh?.Sedari awal Mujab sudah mengukur kemungkinan-kemungkinan buruk memperjuangkan cinta gadis grapyak,menekan perasaan cemburu diantaranya.Pikirannya kembali menerka sebab Difa mengirimkan sms yang sudah lebih dari tiga bulan tidak berkomunikasi dalam media apapun dengannnya.
“Oo..”.Hanya kata itu yang terkirim dari ponsel glossynya.
Kembali Mujab menerawang jauh tentang dirinya,betapa kekacauan hebat telah menerpa segala angan dan cita-cita.Tentang motifasi awal mendekati Difa yang hanya berupa perasaan terhina sebab dikatakan syetan.”kamu itu Cuma syetan yang ganggu aku…”.Kembali terngiang jelas kata-kata itu,terasa begitu menggores perih dalam hati.Syetan memang makhluk Alloh yang cerdas,mereka mampu menghancurkan benteng keimanan yang tebangun kuat dihati orang islam,siapa saja tak terkecuali santri kelas teri yang baru belajar dunia suluk.Awalnya mereka memancing manusia dengan hal-hal sepela,sebelum akhirnya menjerumuskan dalam kesesatan yang nyata.Bukankah mereka para kawula muda yang ‘kecelakaan’ selalu mendahuli tragedi itu dengan sekedar jabat tangan?,kemudian pelukan?,ciuman? dan tentunya ML?.Sungguh syetan adalah musuh yang nyata bukan?!.
”Cinta itu membunuhku”,Mujab tersenyum lucu dan kemudian kembali netepaken panggon.Menyelesaikan tugas makalah individu tentang perkembangan hukum pidana islam di indonesia.
****
14062009
Sebentar Mujab berguling ke kanan dan ke kiri,kemudian duduk memeluk kedua lututnya erat,lungguh ason-ason.Gejolak jiwa itu kembali datang menerpa,kerinduan tak terkira ingin segera berjumpa gadis yang mengapa selalu datang dalam tiap waktu senggangnya,di kamar,di masjid dan bahkan di kakus.Mujab memang buaya darat,tapi bukan tipe pria yang mudah melupakan sebuah kejadian hidup.
“Kang Hafidz,..jenengan mios tah mantun maghrib?,nyambut sepeda motore nggeh…”.
“Iku,kontake ndek ndukur lemari..”.jawab Hafidz tanpa memperdulikan expresi girang Mujab.Ia masih sibuk mendata santri-santri madrasah qu’an yang akan segera dilembagakan.
Tepat pukul 22:00 wib,Mujab baru bisa meluncur pergi ke arah jalan kalijogo belakang kampus UIN MALIK.Jalan belakang sebelum gedung pasca sarjana dari arah dinoyo itu masih saja gelap.Terlihat kontras dengan pemandangan gedung-gedung megah yang baru selesai di bangun dengan total anggaran pinjaman luar negeri Rp,300 M.Sebentar kemudian Mujab berhenti di pos jaga perumahan dekat kost ustadz Fachruddin.
”Ctek..!”,suara dari sarung hape berbahan kulit jeruk dengan magnet bulat ditengahnya.
“Ass,malem Difa,maaf,qra2 bisa ktemu g””?.Skarang q dah di depn kost pean”.Messengger deliviered.
“Maaf,q lgi ngerjain tugas di kerto”.Balasan Difa,Mujab mengernyitkan jidatnya.Sebentar kemudian dia melirik jam warna hitam berbahan nilon merek swiss army,pukul 20:30 wib.Mungkinkah Difa di kerto pada jam semalam ini,diantara perasaan percaya dan dugaan bahwa Difa hanya ingin menghindar.Ada kecewa mendalam di hatinya.Wilayah kerto persis di depan kampus uin malik,sedangkan pukul 21:00 wib pintu gerbang kost sudah ditutup.Tiba-tiba pikiran isengnya menyeruak,dan kemudian tersenyum menyeringai aneh.
“Q ke kerto aj,gmana?”.Mujab mencoba memberi pilihan untuk bisa bertemu dengan gadis cantik yang satu waktu begitu ingin ia lupakan dan pada kesempatan lain begitu ia butuhkan kehadirannya.Ada gejolak dilema dalam dada mujab.Teringat petuah seorang mu’allim langitan ketika mengkaji kitab al-fiyyah ibnu malik.”Kalo kamu kepingin memahami pikiran guru akan dirimu,maka tanyakanlah pada dirimu sendiri,siapa dia menurutmu?”.Dalam benaknya pun mujab selalu bertanya,”siapa aku menurut Difa?,sedang bagiku Difa adalah “sesuatu yang membingungkan”.
“Kok maksa banget sih,..q mash bnyk tugs!.jngan kyak anak kecil donk,pean kan dah dwasa umurx”.
“Uppsstt,..!!”.Hampir saja Mujab terhempas ambruk dari jok sepeda motor Kawasaki lawas itu karena kaget.Kekanak-kanakan,selalu saja Difa menghina Mujab dengan kalimat itu.Sakit,teramat sakit dirasa Mujab.Bukan kali ini saja Difa mencelanya,sejak mereka kenal kalimat itu sudah berpuluh-puluh kali ditulis dalam sms,dan tidak sekalipun terucap dalam pembicaraan langsung.Darah petualang Mujab sontak naik ke kepala,ada perasaan terhina.Lama Mujab berusaha mengendalikan perasaannya.
“Sendiko dawuh kanjeng raden ayu judes…”.Ketus balas Mujab.
“Kalo ngomong yg sopan kek..Q nyesel kenal U,Ha..ha…ha…tampang aja santri,hati munafik!”.Pesan masuk.
“ngGuyumu kyok mak lampir…bagiku kamu Cma angin llu.asal kmu thu aj,kmu G’ lbh dr skedar kelinci percobaan,skli lgi,hax kelinci percobaan!!”.Perasaan Mujab benar-benar muntab tak tertahan,emosinya meluap ngeri membakar pori-pori.Pesan terkirim.
“He…U g’ malu apa berselisih dan buat gara-gara ma cewek.Klo aku jd U,malu banget.Hilang harga diriku.Dah keliatan banget sifat asli U…Oo… jd bgini yach,..Q jg g’ pernah nganggep U temen. U adalh angin lalu..”
“ughh…”.Gemeretak gigi mujab menahan amarah.Tiba-tiba ia menjadi ragu dengan isi sms itu.Mungkinkah Difa mampu mengucapakan kata-kata kasar seperti itu.Dengan cepat rasa sesal menyelimuti hati mujab.Atau apakah Difa benar-benar marah?.Belum lagi ia bisa memahami semuanya,suara burung berkicau tanda pesan masuk dari bimbit warna hitam memecah lamunannya.
“Gayamu Jab,..meskipun kamu puasa.Apa kamu g’ khawatir sia2 puasamu.Bikin orang jadi marah…ilmu setinggi apapun bagiku bukan apa2 kalo akhlaq dan hatinya g’ baik..”.sms susulan masuk.
“ctuk,..”.cepat Mujab menutup sarung hape dan buru-buru memasukkannya dalam kantong dalam jaket kain warna hitam.Dan kemudian meluncur gesit dalam kecepatan 70km/jam.
Pukul 06:28 wib
“Saya mohon maaf dan terima kasih sudah menganggap saya angin lalu.Maafkan saya,kamu orang baik dan pasti semua orang mendoakanmu dengan kebaikan.Selamat tinggal”.Pesan terkirim.
****

Tidak ada komentar: